Minggu, 25 Desember 2016

PENGANTAR STUDY ISLAM





 









PENGANTAR
Description: 20160807_091446.jpg
Add caption
STUDY ISLAM







Folded Corner: STAI MA’HAD ALY
BABAKAN CIWARINGIN CIREBON
TAHUN 2016
 



Oleh Idah Paridah

































Description: 20160912_083616-1.jpgPENGANTAR STUDY ISLAM
Oleh Idah Paridah
        I.            TEORI DASAR PENELITIAN AGAMA
Pengertian Study Islam
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab adalah Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana dimaknai sebagai “kajian islam”
Kata studi memiliki berbagai pengertian.Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa Studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan. Kata Islam berasal dari kata Aslama yang bararti patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada kata silm yang berarti selamat, sejahtera, dan damai.

Pendekatan Study Islam
Untuk melakukan Studi Islam ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan, metode dan metodologi. [1][5]
Pendekatan adalah cara memperlakuakan sesuatu Sementara metode merupakan cara mengerjakan sesuatu . Sedangkan metodologi yaitu langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif.
Berikut akan diuraikan beberapa pendekatan ( Pendekatan : Cara Memperlakukan sesuatu )  yang dapat digunakan dalam studi islam:
1.      Pendekatan Historis
pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut peninjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau historis adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan sebenarnya

2.      Pendekatan Filosofis
pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis spektulatif

3.      Pendekatan Ilmiah
pendekatan ilmiah adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan atau objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Diantara ciri pokok dari pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektifitas dan keterbukaan dalam studi

4.      Pendekatan Doktriner
pendekatan doktriner atau pendekatan studi islam secara konvensioanal merupakan pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung adalah bahwa agama islam sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal.

5.      Pendekatan Normatif
pendekatan normative adalah studi islam yang memandang masalah dari sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya. Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang terkandug dalam nash

Metode Study Islam
1.      Metode Ilmu Pengetahuan
Metode ilmu peuju pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses ilmu sehingga dapat mencapai kebenaran.
2.      Metode Diakronis
Suatu metode mempelajari islam menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam, sehinggga umat islam memiliki pengetahuan yang relevan, hubungan sebab akibat dan kesatuan integral. Metode diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihat suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan dimana kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul.
3.      Metode Sinkronis-Analistis
Suatu metode mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimananan dan mental intelek umat islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritis.
4.      Metode Problem Solving (hill al-musykilat)
Metode mempelajari islam yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari satu cabang ilmu oengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara penguasaan ketrampilandari pada pengembangan mental-intelektual, sehingga memiliki kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat islam mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis.
5.      Metode Empiris
Suatu metode mempelajari islam yang memungkinkan umat islam mempelajari ajarannya melalui proses realisasi, dan internalisasi norma dan kaidah islam dengan satu proses aplikasi yang menimbulakan suatu interaksi sosial, kemudian secar deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dan suatu norma baru.
6.      Metode Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah secar logis dan filosofis dan selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah yang dihadapi.
7.      Metode Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah-masalah furu’  yang disesuaikan denagn madzhabnya terlebih dahulu.


      II.            ISLAM ???
A.     Pengertian Islam
Arti Islam Secara Etimologi, Menurut Hammudah Abdalati, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim –   ,   ,   ) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will of God and obedience to His Law)
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri  kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah ( Terminologi ), (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

B.     Lima Aspek KeberAgamaan
Menurut Jamaluddin Ancok (1994) lima dimensi keberagamaan rumusan Glock & Stark itu melihat keberagamaan tidak hanya dari dimensi ritual semata tetapi juga pada dimensi-dimensi lain. Dimensi ideologis bisa disejajarkan dengan akidah, dimensi ritual bisa disejajarkan dengan syari’ah, khususnya ibadah, dan dimensi konsekuensial bisa disejajarkan dengan akhlak. Akidah, syari’ah dan akhlak adalah inti dari ajaran Islam. Dimensi intelektual mempunyai peran yang cukup penting pula karena pelaksanaan dimensi-dimensi lain sangat membutuhkan pengetahuan terlebih dahulu. Sedangkan dimensi eksperiensial dapat disejajarkan dengan dimensi tasawuf atau dimensi mistik. Lima Dimensi itu adalah :
1.      Dimensi Ideologis ( Keimanan )
2.      Dimensi Ritual ( Ibadah Mahdhoh, Seperti Zakat,Sholat Puasa dll  )
3.      Dimensi Konsekuensial (Dimensi ini menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku umum yang tidak secara langsung dan khusus ditetapkan oleh agama seperti dalam dimensi ritualis.Seperti menghormati tetangga, menghormat tamu, toleran, inklusif, berbuat adil, membela kebenaran, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam bekerja, dan sebagainya.)
4.      Dimensi  Eksperiensial ( Dimensi ini adalah bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Psikologi agama menyebutnya sebagai pengalaman keagamaan (religious experience) yaitu unsur perasaan dalam kesadaran agama yang membawa pada suatu keyakinan (Zakiah Darajat, 1996).seperti pengalaman ma’rifah (gnosis) yang dialami oleh para sufi )
5.      Dimensi Intelektual  ( Pengetahuan, seperti sejarah, ilmu tafsir, ilmu al Qur’an, Ilmu Bahasa dll ).
C.     Cara Memahami Islam
1). Menurut Ali Syari’ati (1933-1977), seorang sarjana Iran meninggal di Inggris
Ia menyatakan, ada berbagai cara dalam memahami Islam melalui metode perbandingan ( Komparasi ), yaitu :
1.      Mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain.
2.      Mempelajari kitab Alquran dan membandingkannya dengan kitab-kitab ajaran agama lainnya
3.      Mempelajari kepribadian Rasulullah dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah.
4.      Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran lain.

2). Menurut Nazaruddin Razak
Untuk memahami agama Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan empat cara :
1.      Islam harus dipelajari dari sumber aslinya Al-Qur’an dan hadits. Kekeliruan memahami Islam, karena orang mengenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan Al-Sunah, atau melalui pengenalan dari sumber kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, yakni bercampur dengan hal-hal yang tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.
2.      Islam harus di pelajari dengan integral, tidak dengan cara persial artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja. Memahami Islam secara persial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
3.      Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman Islam yang baik yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam terhadap ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari praktek ibadah yang dilakukan setiap hari.
4.      Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan teologi normatif yang ada dalam al-Qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosiologis yang ada di masyarakat.
3). Mmenurut Mukti Ali
terdapat metode lain dalam memahami Islam yaitu metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif, berisi klasifikasi topik dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Terdapat lima aspek atau ciri dari agama Islam, yaitu[2][8]
1)      aspek ketuhanan,
2)      aspek kenabian,
3)      aspek kitab suci,
4)      aspek keadaan sewaktu munculnya nabi dan orang-orang yang didakwahinya serta individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.




[1][5] Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar