PENGANTAR
Add caption |
STUDY
ISLAM
Oleh Idah Paridah
PENGANTAR STUDY ISLAM
Oleh Idah Paridah
I.
TEORI DASAR PENELITIAN AGAMA
Pengertian
Study Islam
Istilah Studi
Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic
Studies, dan dalam bahasa Arab adalah Dirasat
al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana
dimaknai sebagai “kajian islam”
Kata studi
memiliki berbagai pengertian.Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan
bahwa Studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk
memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan
suatu ketrampilan. Kata Islam berasal dari kata Aslama yang bararti patuh dan
berserah diri. Kata ini berakar pada kata silm
yang berarti selamat, sejahtera, dan damai.
Pendekatan Study Islam
Untuk melakukan Studi Islam ada beberapa istilah yang perlu
dipahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan
untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan,
metode dan metodologi. [1][5]
Pendekatan adalah cara memperlakuakan sesuatu Sementara metode
merupakan cara mengerjakan sesuatu . Sedangkan metodologi yaitu langkah-langkah
praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak
dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif.
Berikut akan diuraikan beberapa
pendekatan ( Pendekatan : Cara Memperlakukan sesuatu ) yang dapat digunakan dalam studi islam:
1.
Pendekatan Historis
pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut
peninjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan
menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau historis adalah studi yang
berhubungan dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian
atau keadaan sebenarnya
2.
Pendekatan Filosofis
pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut
tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu
dengan menggunakan metode analisis spektulatif
3.
Pendekatan Ilmiah
pendekatan ilmiah adalah meninjau dan menganalisis suatu
permasalahan atau objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya.
Diantara ciri pokok dari pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektifitas dan
keterbukaan dalam studi
4.
Pendekatan Doktriner
pendekatan doktriner atau pendekatan studi islam secara
konvensioanal merupakan pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung
adalah bahwa agama islam sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci
dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan
universal.
5.
Pendekatan Normatif
pendekatan normative adalah studi islam yang memandang masalah dari
sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya
dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya. Sementara normatif
adalah seluruh ajaran yang terkandug dalam nash
Metode Study Islam
1.
Metode Ilmu Pengetahuan
Metode ilmu
peuju pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses
ilmu sehingga dapat mencapai kebenaran.
2.
Metode Diakronis
Suatu metode mempelajari islam menonjolkan aspek sejarah. Metode
ini memberi kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam, sehinggga umat islam memiliki
pengetahuan yang relevan, hubungan sebab akibat dan kesatuan integral. Metode
diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yakni suatu metode pemahaman
terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihat suatu
kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan,
golongan, dan lingkungan dimana kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul.
3.
Metode Sinkronis-Analistis
Suatu metode mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis
teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimananan dan mental intelek umat
islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi
juga mengutamakan telaah teoritis.
4.
Metode Problem Solving (hill al-musykilat)
Metode mempelajari islam yang
mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari satu cabang
ilmu oengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara penguasaan
ketrampilandari pada pengembangan mental-intelektual, sehingga memiliki
kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat islam mungkin hanya terbatas pada
kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis.
5.
Metode Empiris
Suatu metode mempelajari islam yang
memungkinkan umat islam mempelajari ajarannya melalui proses realisasi, dan
internalisasi norma dan kaidah islam dengan satu proses aplikasi yang
menimbulakan suatu interaksi sosial, kemudian secar deskriptif proses interaksi
dapat dirumuskan dan suatu norma baru.
6.
Metode Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah secar logis
dan filosofis dan selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah
yang dihadapi.
7.
Metode Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah hukum untuk
diterapkan kepada masalah-masalah furu’ yang disesuaikan denagn madzhabnya terlebih
dahulu.
II.
ISLAM ???
A.
Pengertian Islam
Arti Islam
Secara Etimologi, Menurut Hammudah Abdalati, kata “Islam” berasal dari
akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim – , , )
yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam
pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada
kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will of God
and obedience to His Law)
Ada juga
pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang
berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah ( Terminologi
), (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam
adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para
nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan
yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
B.
Lima Aspek KeberAgamaan
Menurut Jamaluddin Ancok (1994) lima dimensi keberagamaan rumusan
Glock & Stark itu melihat keberagamaan tidak hanya dari dimensi ritual
semata tetapi juga pada dimensi-dimensi lain. Dimensi ideologis bisa
disejajarkan dengan akidah, dimensi ritual bisa
disejajarkan dengan syari’ah, khususnya ibadah, dan
dimensi konsekuensial bisa disejajarkan dengan akhlak. Akidah, syari’ah dan akhlak
adalah inti dari ajaran Islam. Dimensi intelektual mempunyai peran yang cukup
penting pula karena pelaksanaan dimensi-dimensi lain sangat membutuhkan
pengetahuan terlebih dahulu. Sedangkan dimensi eksperiensial dapat disejajarkan
dengan dimensi tasawuf atau dimensi mistik. Lima Dimensi itu adalah :
1.
Dimensi Ideologis ( Keimanan )
2.
Dimensi Ritual ( Ibadah Mahdhoh, Seperti Zakat,Sholat Puasa dll )
3. Dimensi Konsekuensial (Dimensi ini menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku umum yang tidak secara langsung
dan khusus ditetapkan oleh agama seperti dalam dimensi ritualis.Seperti
menghormati tetangga, menghormat tamu, toleran, inklusif, berbuat adil, membela
kebenaran, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam
bekerja, dan sebagainya.)
4. Dimensi Eksperiensial ( Dimensi ini adalah bagian dari keberagamaan yang
berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Psikologi agama menyebutnya
sebagai pengalaman keagamaan (religious experience) yaitu unsur perasaan
dalam kesadaran agama yang membawa pada suatu keyakinan (Zakiah Darajat,
1996).seperti pengalaman ma’rifah (gnosis) yang dialami oleh para sufi
)
5. Dimensi Intelektual ( Pengetahuan, seperti sejarah,
ilmu tafsir, ilmu al Qur’an, Ilmu Bahasa dll ).
C.
Cara Memahami Islam
1). Menurut Ali
Syari’ati (1933-1977), seorang sarjana Iran meninggal di Inggris
Ia
menyatakan, ada berbagai cara dalam memahami Islam melalui metode perbandingan
( Komparasi ), yaitu :
1.
Mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain.
2.
Mempelajari kitab Alquran dan membandingkannya dengan kitab-kitab ajaran agama
lainnya
3.
Mempelajari kepribadian Rasulullah dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah.
4.
Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
utama agama maupun aliran-aliran lain.
2). Menurut Nazaruddin Razak
Untuk
memahami agama Islam secara benar Nasruddin Razak mengajukan empat cara :
1.
Islam harus
dipelajari dari sumber aslinya Al-Qur’an dan hadits. Kekeliruan memahami Islam,
karena orang mengenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh
dari bimbingan Al-Qur’an dan Al-Sunah, atau melalui pengenalan dari sumber
kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan
orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, yakni bercampur dengan
hal-hal yang tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.
2.
Islam harus di
pelajari dengan integral, tidak dengan cara persial artinya ia dipelajari
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.
Memahami Islam secara persial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang
dan penuh keraguan.
3.
Islam perlu
dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar dan
sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman Islam yang
baik yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam terhadap ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari praktek
ibadah yang dilakukan setiap hari.
4.
Islam hendaknya
dipelajari dari ketentuan teologi normatif yang ada dalam al-Qur’an, baru
kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosiologis yang ada
di masyarakat.
3). Mmenurut
Mukti Ali
terdapat
metode lain dalam memahami Islam yaitu metode tipologi. Metode ini oleh banyak
ahli sosiologi dianggap objektif, berisi klasifikasi topik dan tema yang
mempunyai tipe yang sama. Terdapat lima aspek atau ciri dari agama Islam, yaitu[2][8]
1)
aspek ketuhanan,
2)
aspek kenabian,
3)
aspek kitab suci,
4)
aspek keadaan sewaktu munculnya nabi dan orang-orang yang didakwahinya serta
individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar